BEM BSA FAIB official website | Members area : Register | Sign in
Selamat Datang di Website Resmi BEM BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

BEM BSA UIN Sunan Kalijaga

Dalam website ini, Anda dapat mengakses berbagai informasi mengenai UIN, FAIB, Jurusan dan BEM BSA diantaranya:

  • Profil, Berita, Agenda, Forum Diskusi dan Staf BEM BSA. Silahkan klik salah satu menu pilihan yang berada diatas halaman ini.
  • Informasi Mengenai Jurusan dan BEM BSA, seperti profil, visi, misi, tujuan, karya ilmiah, aktivitas akademik, Forum Diskusi, kampus, mahasiswa, galeri foto. Untuk lebih jelasnya, silahkan klik salah satu Kategori yang berada di sebelah kanan halaman ini.
  • Apabila ada kritik, saran dan masukan untuk BEM BSA. Anda bisa menghubungi kami langsung secara online dengan mengirimkan pesan ke alamat email atau ke Kantor sekretariat Kami.

Syukron 'Ala Husni Ihtimamikum

Tilawahku yang Terbata

Minggu, 31 Juli 2011

Share this history on :
Tilawahku yang Terbata
Alle Azizah
Sepi…..suasana kampus lengang siang ini. Melihat mendung hitam menggantung angkuh di angkasa, para mahasiswa lebih memilih pulang daripada bercengkrama dengan sesamanya. Satu titik turun disusul dengan titik-titik yang lain. Ribuan jarum air itupun semakin banyak melesat cepat bagai busur anak panah yang lepas dari busurnya. Subhanallah……. Indah, aku paling senang melihat hujan dari ketinggian.
Ups…. Ada tugas, “Diary Al-qur’an, Kamis 25 Februari 2010”. Seketika ingatanku kubongkar, Kembali ke masa-masa dimana aku masih berstatus santri aktif. Ketika waktuku habis hanya untuk menghitung hari. “Kapan aku bisa keluar……bebas!” pikirku waktu itu.
Yogyakarta, medio 2004
“La ustadzah dah di pendopo lho, cepetan!” Isti karibku sejak kelas satu MTs mengajak sambil berlalu. Tahsin lagi !!! Pipi dan rahangku masih agak gimana…..gituuh. Orang Jawa bilang “kemeng”. Tiap hari ada materi tahsin yang membuatku mangap-mingkem kaya ikan Koi. Ustadzah yang satu ini bener-bener disiplin, maklum baru lulus dari Al-azhar, ibarat roti baru keluar dari oven, masih panas!!! Kalau ada tahsin jangan berdo’a kosong, telatpun tidak pernah…Dulu ku bayangkan asik, bias teriak-teriak dengan bebas tanpa dilarang. Eh ternyata teriaknya pake teori ga’ sekedar buka mulut. Biasanyakan bisa disidang qism amm (bagian keamanan) kalo ketahuan bersuara melebihi volume standart. So, otot rahang ketarik ke kanan ke kiri, lidah naik turun, muter-muter. Semoga ustadzah ga’ lihat “badmood”ku.
Aku pun beranjak. Bismillah…. Kuraih Qur’an pocket dengan malas. Aku mengambil posisi di pojok paling belakang, “sip…..aman”. Di depan tampak ustadzah sedang mencandai anaknya yang baru berusia 3 bulan.
Setengah hati kuikuti materi hari itu, akupun hanya membuka mulut asal-asalan, yang penting ga’ terlihat mingkem. Wajahku kulipat dalam-dalam agar ustadzah tidak mengetahui kemalasanku. Bener-bener be-te , kebosananku sampai ubun-ubun, tinggal nunggu meledak.
“Siapa yang duduk di pojok itu?!”. Suara dahsyat ustadzah menampar gendang telingaku.
“Laela dzah”. Jawabku dengan enggan.
“Jilbabnya betulkan! Mana kaca matamu? Serius belajar tidak!!!!” ustadzah memberondongku seperti polisi mengintrogasi tersangka teroris.
“Masih di asrama, tadi lupa mau bawa”. Aku menjawab dengan pelan. Wess ….alamat nich. Khithobah yumiyah yang ga’ kalah panjangnya dengan dari khutbah jum’at.
“Dari tadi saya perhatikan kamu nunduk terus, buka mulut asal-asalan, jilbab ga’ rapi! Kalo niat belajar pakai jilbab yang rapi, kacamata dibawa. Kamu tahu matamu lemah, ya harus ditolong. Kalau mau bener-bener belejar buat semua rapi dan nyaman sehingga ilmu bisa diserap dengan baik. Jangan meremehkan hal-hal kecil. Laela besok jangan lupa kaca mata. Jangan malas-malasan!! Tolong untuk semua perhatikan betul-betul! Tidak hanya untuk Laela, tapi buat semua. Laela ulangi_ ولآالضالين (waladhaallina) pelan-pelan.”
Aku menirukan setengah hati, aku masih kesal.
“Nah itu masih salah. Lidahmu kurang nempel. ض( Dha)nya keluar pelan sambil masuk ke ل (Lam). Coba ulangi lagi, sampai betul!
Sampai hitungan ke 4 aku belum sempurna malafalkannya. Baru pada hitungan ke 5 benar sesuai dengan yang dicontohkan ustadzah. “Ulangi sampai 5 kali betul seperti yang terakhir’. Wajah ustadzahpun sedikit cerah. “Alamak mampuslah diriku!.... “ hatiku mejerit. Akupun mengulagi bacaanku lagi, pada hitungan ketiga….,”Lel Dhadnya kurang. Ulangi dari hitungan satu”. Ustadzah semakin ganas. Ustadzah yang satu ini, emang super-duper cermat dan teliti. Bila beliau berkata sepuluh kali betul berarti benar-benar harus betul kesepuluhnya, bila pada hitungan ke tujuh salah maka harus dimulai dari satu lagi. Kelas diisi 5 orang atau 40 orang ga’ ada bedanya. Kalau ada makhrojnya meleset walau hanya satu orang, pasti ketahuan. Ga’ tau juga sich kalo dia punya indra ke-6.
“K-U-P-R-E-E-E-E-T” Aku mengumpat lirih.kemarin 30 kali bolak-balik ngulang huruf dal, hari ini ganti Dhod, kapan semua ini akan berakhir. Aku mengusap pipiku, air mataku hampir tumpah. “NO!!!, aku ga’ boleh nyerah, aku ga mau menangis di hadapan ustadzah, aku harus bisa”. Aku menarik nafas panjang, ancang-ancang mengeluarkan suara ض (dha), Teeet….teeet….teeet…. bel panjang melepaskanku dari belenggu. Alhamdulillah sip,sip,yes… aku dengan penuh semangat bersiap hendak berlari seperti teman-teman yang lain.
“Lela tinggal dulu, yang lain boleh bubar”. Mendengar suara ustadzah aku balik kanan. Teman-teman memandangku prihatin. Alamat jadi ikan gosong kebakar nich. Ga’ da cerita habis disidang ustadzah bisa balik ke kamar sambil tersenyum. “Sini La!” Ustadzah menyuruhku mendekat.
“La, saya minta maaf ya, kalau tadi ustadzah terlalu keras. Jangan kawatir yang lain juga banyak yang belum bisa. Ustadzah bersikap keras agar kalian tidak main-main. Sama seperti kalian, dulu Ustadzah juga harus ngulang, bahkan sampai 40 kali. Setiap malam Ustadzah latihan 1-2 jam di depan cermin. Belum lagi kalau mau ujian. Memang susah tapi Ustaadzah yakin kalian pasti bisa walau harus kesakitan”. Ustadzah berbicara dengan pelan.
Aku menunduk semakin dalam, air mataku mengambang siap untuk terjun.
“Mbak, Bu Yulia dah di kelas tu. Yuk masuk”. Imah teman sekelas Filsafat menghampiriku. Lamunanku buyar.aku tersenyum kecil ingat semua itu, sampai sekarang aku belum fasih ض(dho)-nya dan no problem. Ga’ kan ada yang mengejarku lagi…. He….he….he….
Bagaimanapun keadaanya saya bersyukur pernah belajar tahshin dengan ustadzah, walaupun dibawah tekanan. Tak sedikitpun santai dan gurau. Setidaknya bacaan quran ku ga buat orang sakit telinga mendengarnya ^_^.
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

Posting Komentar