BEM BSA FAIB official website | Members area : Register | Sign in
Selamat Datang di Website Resmi BEM BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

BEM BSA UIN Sunan Kalijaga

Dalam website ini, Anda dapat mengakses berbagai informasi mengenai UIN, FAIB, Jurusan dan BEM BSA diantaranya:

  • Profil, Berita, Agenda, Forum Diskusi dan Staf BEM BSA. Silahkan klik salah satu menu pilihan yang berada diatas halaman ini.
  • Informasi Mengenai Jurusan dan BEM BSA, seperti profil, visi, misi, tujuan, karya ilmiah, aktivitas akademik, Forum Diskusi, kampus, mahasiswa, galeri foto. Untuk lebih jelasnya, silahkan klik salah satu Kategori yang berada di sebelah kanan halaman ini.
  • Apabila ada kritik, saran dan masukan untuk BEM BSA. Anda bisa menghubungi kami langsung secara online dengan mengirimkan pesan ke alamat email atau ke Kantor sekretariat Kami.

Syukron 'Ala Husni Ihtimamikum

Rekontruksi Peradaban Ilmiah dalam Dunia Islam

Kamis, 30 Juni 2011

Share this history on :
Opini
Rekontruksi Peradaban Ilmiah dalam Dunia Islam*
Oleh: Nada al-Kasykasyah*

S
ejarah masih mencatat bahwa peradaban islam pernah menikmati posisi sebagai kiblat ilmu pengetahuan dunia sekitar abad 7-15 M, tapi setelah itu peradaban ilmiah mulai melayu dan statis hingga kini. Sebuah data yang cukup mencengangkan, hasil penelitian yang dipublikasikan dalam The International Conference in Science in Islam polity, menyatakan bahwa jumlah penulis ilmiah dari kalangan muslim pada abad ke 20 ternyata tidak mencapai 5% pun dari seluruh jumlah penulis ilmiah. Bahkan pada abad 21 ini, dari 50 buku Sains dan Filsafat terpopuler tidak ada satu pun dari kalangan muslim. Sosok generasi Ibnu Sina, al Khawarizmi dan Sembilan ilmuan muslim klasik lain yang pernah mengguncangkan dunia kini menjadi hal yang sulit ditemukan. Bahkan ironisnya mayoritas umat muslim tidak tahu bahwa orang pertama yang menemukan bumi berputar pada porosnya adalah ilmuan islam bernama Abu Raihan Al-Bairuni. Maka perlu kirasnya meningkatkan keresponsifan dan kereaktifan umat muslim agar menadi sifat aktif dan kreatif.
Fakta yang nyaris terlupakan karena digeser secara perlahan oleh oknum yang mengatasnamakan “kesalahan sejarah” adalah dikesampingkaannya agama dalam area pendidikan. Padahal, agama dan pendidikan adalah harmonisasi natural yang tidak terpisahkan. Dikotomi inilah yang menjadi salah satu sebab mundurnya peradaban ilmiah dalam dunia islam. Selain itu keberadaan kalangan konservatif agama yang ekslusif dengan nalar harfiah-tekstual juga selalu menjadi penghalang lahirnya peradaban ilmiah yang terbuka dan berkembang secara signifikan. Sehingga munculah ahli agama arogan yang pekerjaannya hanya mengharamkan dan membid’ahkan saja.
Selain itu pola pendidikan yang berjalan di sebagian besar Negara Islam juga tidak mendukung lahirnya peradaban ilmiah, umat islam seakan hanya dipaksa untuk menengadah ke langit saja sehingga tidak sadar bahwa ternyata pada akhirnya kakinya terpelosok ke dalam sumur.
Menurut Toby, salah seorang sosiolog sebab lain dari kemundurannya peradaban ilmiah di dunia Islam yang nyaris tidak terlintas di sebagian besar umat islam adalah penggantian system pendidikan islam tradisional dengan system pendidikan barat yang hanya bertujuan utilitarian: mencari pekerjaan yang menyababkan diskursus islam dan sains kehilangan pondasinya.
Beranjak dari paradigma tersebut, perlu kiranya membangun dan melestarikan kembali pendidikan islam. Jelasnya pendidikan islam yang ilmiah. Menurut Prof. Dr. omar Muhammad Al-Touny al-Syaebani pendidikan islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependiidkan perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai islami.
Hal lain yang juga vital, adalah menginternalisasikan nilai-nilai islami dalam diri anak didik dan mengembangkan mereka agar melakukan pengamalan nilai-nilai tersebut secara dinamis dan fleksibel yang relevan dengan perkembangan zaman dalam kata lain mampu menciptakan generasi baru dalam bidang kehidupan duniawi dan ukhrowi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan antara kedua bidang tersebut.
Rekontruksi selanjutnya yang harus dibentuk adalah lembaga pendidikan islam yang dapat menjadi idealitas islam yang gayut akan kultural edukatif sekaligus dapat menjadi pendobrak kejumudan atas kemunduran idealitas islam dan juga dapat menjadi dinamisator semangat yang mampu menggerakan umat muslim ke arah peradaban ilmiah.
Dalam kasus ini, islamisasi juga menjadi hal yang juga urgen. Tapi permasalahannya adalah islamisasi apa yang harus dilakukan? Islamisasi ilmu atau islamisasi ilmuan? Mengislamkan ilmu yang sudah berkembang pesat atau mencetak ilmuan yang kaya akan nilai keislaman?
I
su islamisasi ilmu yang sudah berkembang sejak abad ke 18, lebih cenderung ke fondasionalis yaitu sekedar membuktikan bahwa beragam teori dalam sains dan modern telah ada dalam Alquran. Dengan menggunakan kata islamisasi ilmu ini, asumsinya berarti islam pasti benar sehingga ilmu perlu diislamkan. Bias hegemonik inilah yang kiranya menjadi penghalang untuk mendialogokan pendidkan dengan agama. Padahal secara definitif tidak ada yang bisa mengkaim bahwa salah satu dari keduanya adalah paling benar melainkan keduanya sama-sama berproses, membantu manusia untuk mencapai tujuannya.
Jadi yang perlu kita benahi saat ini adalah “Bagaimana caranya menetaskan para ilmuan yang professional sekaligus memiliki integritas, intelektual, moral dan religious?” Ringkasnya yang mestinya diislamisasikan adalah ilmuannya bukan ilmu itu sendiri. Tidak perlu bergontok-gontokan membantah sains yang dicetuskan barat ataupun memaksakan konsep mereka sesuai dengan Alquran tetapi dengan segenap cara berusaha meningkatkan kualitas SDM umat muslim agar senantiasa bersaing menciptakan peradaban ilmiah yang islami. Korea selatan pernah menjadi Negara termiskin dan kini Tingkat IQ Korea secara nasional adalah yang tertinggi di dunia. Dan anak-anak Korea juga memiliki ranking teratas dalam kemampuan matematika dan sains, ini menjadi bukti bahwa Negara mana pun berhak untuk mencicipi kemajuan.

“Selamat datang peradaban ilmiah di negeri kami tercinta, negeri yang menemani kami mengeja dengan terbata sampai akhirnya mampu berlari mengejar kidung mentari di pelataran surga dunia, surganya orang yang berpendidikan dan bertaqwa….”



*dari teks pidato yang pernah menjuarai lomba pidato bertema “pendidikan” dalam Festival Pendidikan Islam Nasional yang diselenggarakan oleh UII.
*penulis adalah gadis sunda asal Tasikmalaya yang kini menjadi pembelajar di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab-FAIB UIN SUKA

Referensi yang digunakan
Arifin, Muazzayin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara
Muhyidin, Muhammad. 2007. Manajemen ESQ Power. Jogja: Dipa pres
Faiz, Fahruddin. 2005. Hermeneutika Alquran. Yogyakarta: Elsaq
http://mcdens13.wordpress.com/2010/03/28/pengertian-pendidikan-teori-pendidikan-perjalanan-kurikulum-pendidikan-nasional-sistem-pendidikan-islam-di-indonesia-reformasi-pendidikan-indonesia-pentingkah-inovasi-pendidikan-tingkatkan-kua/ 22 Mei 2011
http://www.faktailmiah.com/2011/05/21/50-buku-sains-dan-filsafat-populer-untuk-abad-21.html. 24 Mei 2011
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

Posting Komentar