BEM BSA FAIB official website | Members area : Register | Sign in
Selamat Datang di Website Resmi BEM BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

BEM BSA UIN Sunan Kalijaga

Dalam website ini, Anda dapat mengakses berbagai informasi mengenai UIN, FAIB, Jurusan dan BEM BSA diantaranya:

  • Profil, Berita, Agenda, Forum Diskusi dan Staf BEM BSA. Silahkan klik salah satu menu pilihan yang berada diatas halaman ini.
  • Informasi Mengenai Jurusan dan BEM BSA, seperti profil, visi, misi, tujuan, karya ilmiah, aktivitas akademik, Forum Diskusi, kampus, mahasiswa, galeri foto. Untuk lebih jelasnya, silahkan klik salah satu Kategori yang berada di sebelah kanan halaman ini.
  • Apabila ada kritik, saran dan masukan untuk BEM BSA. Anda bisa menghubungi kami langsung secara online dengan mengirimkan pesan ke alamat email atau ke Kantor sekretariat Kami.

Syukron 'Ala Husni Ihtimamikum

MORFOLOGI

Minggu, 29 Mei 2011

Share this history on :
Identifikasi morfem
Morfem adalah suatu bentuk yang dapat berulang-ulang dalam satuan bentuk yang lain. Seperti contoh bentuk [kedua] dapat dibandingkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut; kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, dan seterusnya. Dan contoh meninggalkan dapat dibandingkan dengan bentuk-bentuk lain; meninggalkan, ditinggal, tertinggal, peninggalan, ketinggalan, sepeninggal.
Kemudian untuk mengetahui sebuah bentuk adalah morfem atau bukan, kita memang harus mengetahui maknanya. Pada contoh menelantarkan, telantar, dan lantaran, bentuk tersebut bukan merupakan morfem karena bentuk menelantarkan tidak punya hubungan dengan lantaran.
Morf dan Alomorf
Alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai alomorf, baik satu, dua, atau lebih. Seperti contoh berikut, me pada melihat dan merasa, mem- pada membawa dan membantu, men- pada mendengar dan menduda. Meskipun contoh tersebut bentuknya tidak persis sama, tetapi perbedaannya dapat dijelaskan secara fonologis.
Morf dan alomorf merupakan dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui setatusnya; sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk kalau sudah diketahui status morfemnya.

Klasifikasi Morfem
Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut;
1.      Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah morfem bebas. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, juang, henti, gaul, dan baur. Dan semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Begitu juga dengan morfem penanda jamak dalam bahasa inggris.

2.      Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Morfem utuh merupakan semua morfem dasar bebas begitu juga dengan sebagian morfem terikat. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Misalnya, bentuk kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu {satu} dan satu morfem terbagi, yakni {ke-/-an}.
3.      Morfem segmental dan Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental atu semua morfem yang berwujud bunyi, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yangdibentuk oleh unsure-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi.
4.      Morfem Beralomorf Zero (Ø)
Adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsure suprasegmental), melainkan berupa “kekosongan”. Contoh, bentuk tunggal untuk book adalah book dan bentuk jamaknya adalah books terdiri dari morfem {book} dan morfem {-s}; bentuk tunggal untuk sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga terdiri dari morfem {sheep} dan morfem {Ø}.
5.      Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal
Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren teleh memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa perlu berproses dulu dengan morfem lain. Morfem tidak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya, yang bias disebut morfem tidak bermakna leksikal adalah morfe-morfem afiks.


Morfemdasar, Bentuk dasar, Pangkal (Stem), dan Akar (Root)
Morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfem afiks. Bentuk dasar atan dasar (base) biasanya digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar da;am proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks inflektif. Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh. Artinya, akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya ditanggalkan.

KATA
Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian atau deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Menurut Bloomfield, kata adalah satuan bebas terkecil tidak pernah diulas atau dikomentari, seolah-olah batasan itu sudah bersifat final. Sedangmenurut Chomsky, kata adalah dasar analisis kalimat atau kata itu berupa symbol-simbol V (verb), N (nominal) A (Ajektiva), dan sebagainya.
Adapun batasan kata yang umum adalah bahwa kata merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat.. batasan tersebut menyirat dua hal. Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Misalnya, kata sikat. Urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, dan /t/. urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/. /k/, /a/, /i/, dan /t/. Dan tidak dapat diselipi fonem lain. Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain; atau juga dapat dipisahkan dari kata lain.

Klasifikasi Kata (part of speech)
Para tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi. kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasi kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasi preposisi, konjungsi, adverbial, pronominal, dan lain-lainnya.
Para tata bahasawan structural membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktura atau konstruksi. Misalnya, yang disebut nomina adalah kata yang dapat berdistribusi dibelakang kata bukan; atau dapat mmengisi konstruksi bukan….. Yang termasuk verba adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak, atau dapat mengisi konstruksi tidak…
Penentuan tentang kata-kata berdasarkan kelas atau golongan memang perlu dilakukan.namun kalau sampai kini ternyata menimbulkan persoalan, terutama untuk bahasa Indonesia, kiranya patokan atau kriterianya itu perlu dipikirkan kembalik, dicari yang betul-betul memang bias mengungkapkan cirri yang paling hakiki dari setiap kelas itu.
Pembentukan Kata
Setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutinasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
Pembentukan kata ini mempunyia dua sifat; pertama, membentuk kata yang bersifat inflektif, dan kedua, yang bersifat derivatif.

Inflektif
Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, untuk dapat digunakan didalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku pada bahasa itu. Alat yang digunakan untuk penyesuaian itu biasanya berupa afiks, yang mungkin berupa prefiks, infiks, sufiks; atau juga modifikasi internal, yaitu perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.
Derivatif
Pembentukan kata secara derivatif berbeda dengan inflektif, pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.
Seperti kata sing terbentuk kata singer ; sing berkelas verba,  singer berkelas nomina.
Perbedaan identitas leksikal terutama berkenaan dengan makna, sebab meskipun kelasnya sama, seperti makanan dan pemakan (sama-sama nomina) tetapi maknanya tidak sama.

PROSES MORFEMIS
a.       Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentu dasar.
Bentuk dasar atau dasar dalam proses afiksasi dapat berupa akar (bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi).
Afiks adalah bentuk-biasanya berupa morfem terikat- yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.
Infiks adalah afiks yang di tambahakan ditengah bentuk dasar.
Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar.
Konfiks adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian kedua berposisi pada akhir bentuk dasar.
Sirkumfiks ada yang menggunakan untuk menyebut gabungan afiks yang bukan konfiks, ada juga yang menggunakan untuk konsep yang sama dengan konfiks.
Interfiks adalah sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur.
Transfiks adalah afiks yang berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar.
b.      Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, bail secara keseluruhan, sebagian, maupun perubahan bunyi.
Proses ini dapat bersifat paradigmatis dan derivasional. Reduplikasi yang paradigmatis tidak mengubah identitas leksikal, sebliknya berlaku pada derivasional.

c.       Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabunagn morfem dasar dengan morfem dasr, baik bebas maupaun terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang baru.
Konversi, modifikasi internal, dan suplesi
Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi  kata lain tanpa perubahan unsur segmental. Modifikasi internal adlah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur kedalam morfem yag berangka tetap.
Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.
Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata.

Produktivitas proses morfemis
Produktivitas proses morfemis adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tidak terbatas.

MORFOFONEMIK
Adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam sustu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Misalnya dalam proses afiksasi bahasa indonesia  dengan prefiks me- akan terlihat bahwa prefiks me- itu akan berubah menjadi mem-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan morfologis tertentu.
Perubahan fonem dalm proses ini dapat berwujud Pemunculan fonem, Pelesapan fonem, Peluluhan fonem, Perubahan fonem, Pergeseran fonem.
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

Posting Komentar