BEM BSA FAIB official website | Members area : Register | Sign in
Selamat Datang di Website Resmi BEM BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

BEM BSA UIN Sunan Kalijaga

Dalam website ini, Anda dapat mengakses berbagai informasi mengenai UIN, FAIB, Jurusan dan BEM BSA diantaranya:

  • Profil, Berita, Agenda, Forum Diskusi dan Staf BEM BSA. Silahkan klik salah satu menu pilihan yang berada diatas halaman ini.
  • Informasi Mengenai Jurusan dan BEM BSA, seperti profil, visi, misi, tujuan, karya ilmiah, aktivitas akademik, Forum Diskusi, kampus, mahasiswa, galeri foto. Untuk lebih jelasnya, silahkan klik salah satu Kategori yang berada di sebelah kanan halaman ini.
  • Apabila ada kritik, saran dan masukan untuk BEM BSA. Anda bisa menghubungi kami langsung secara online dengan mengirimkan pesan ke alamat email atau ke Kantor sekretariat Kami.

Syukron 'Ala Husni Ihtimamikum

Unsur Puisi dalam Titah Tuhan

Kamis, 30 Juni 2011

Share this history on :
Unsur Puisi dalam Titah Tuhan
Oleh : Nada el’Kasykasyah*
S
iapa pun tentu mengenal seni dan sastra, keindahan tak terbatas yang juga kuat kaitannya dengan puncak hasrat manusia yaitu kepuasan intelektual dan pencapaian spritual. Imam al-Ghazali dalam bukunya Kimiyai Sa’adah (kimia kebahagiaan) berspekulasi bahwa efek yang ditimbulkan karya seni adalah moral dan penghayatan keagamaan. Maka asumsi yang salah jika seniman dan sastrawan diklaim sebagai komunitas yang mengenyampingkan agama dan Tuhan. Terkait dengan ini, ada fakta yang menakjubkan yang datang dari kitab suci Alquran. Selain merupakan surat Tuhan yang di dalamnya tersurat dikteNya tentang semua problematika kehidupan, ternyata Alquran juga kitab seni dan sastra yang membuat kaum Quraisy yang pada masa itu sedang membabi buta pada sastra gagap dan tercengang karena keindahan gaya bahasa, susunan dan retorika penyampaiaanya yang menyaingi syair yang mereka tulis .
Dalam Alquran terdapat bunyi akhir yang sama pada setiap ujung ayat yang ternyata ada dalam puisi (baca:rima) misalnya dalam surat al-ikhlas. Pengulangan yang ada dalam beberapa ayat Alquran atau yang biasa disebut repetisi dalam kajian puisi, selain digunakan untuk penekanan juga terdapat makna lain yang berbeda walaupun dalam kalimat yang sama. Maka pengulangan kata yang sama dalam Alquran tidak bisa disebut pemborosan kata. Alquran punya huruf rahasia yang sampai saat ini belum ada yang mampu menguak kandungan yang terdapat di dalamnya. Misalnya huruf-huruf yang berada di awal surat seperti shad. Ini adalah fenomena menaggumkan yang pada perkembangannya mengangkat beberapa penyair Indonesia di antaranya H.B Yasin dengan puisinya “Aduh”. Retorika (tipu muslihat kata yang mengajak pembaca berfikir) yang merupakan salah satu kekhasan penyair angkatan 66 pun ternyata sudah ada dalam kitab suci yang sudah ada sejak beberapa abad yang silam, sehingga di tepi ayat yang saling berelasi sering kita temukan Allah bertutur: apakah kamu tidak berakal? Apakah kamu tidak berfikir?
Pembacaan Alquran juga dianjurkan dengan menggunakan nada yang indah. Nada yang menggetarkan setiap jiwa, yang tidak bosan jika didengar dan dilantunkan. Keindahan Alquran ini adalah mukjizat yang tak akan redup. Faktanya adalah dengan bermunculannya berbagai penelitian dan buku yang mengkaji Alquran dari berbagai perspektif, baik kajian kebahasan maupun kajian yang lainnya. Maka tak heran jika musuh nabi terbesar walid bin mughairah pernah memuji Alquran dengan pujian yang sangat indah dan pujian yang benar-benar objektif adalah pujian yang datang dari lawan.
انّ له لحلاوة و انّ عليه لطلاوة وانّ اسفلاه لمغدق و انّ اعلاه لمثمر ما يقول هذا بشر
“Sungguh dalam Alquran itu terdapat suatu kemanisan, terdapat pula keindahan, di bawahnya menyuburkan dan di atasnya membuahkan, manusia tidak dapat berkata seperti itu.”
*Penulis adalah pecinta sastra di jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN SUKA-YK
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

Posting Komentar